
Jakarta -Senior Partai Demokrat yang meminta semoga partai pimpinan Ketum Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu tetap berada di koalisi Prabowo Subianto-Sandiaga Uno membantah pihaknya menginginkan adanya Kongres Luar Biasa (KLB). Para senior yang tergabung dalam Gerakan Moral Penyelamatan Partai Demokrat, termasuk Max Sopacua tersebut, hanya menyayangkan mundurnya posisi Demokrat kini.
"Saya titik beratkan konpers (konferensi pers) kemarin yaitu evakuasi partai saja. bila ada KLB itu alternatif," ujar Max ketika dikonfirmasi, Jumat (14/6/2019).
Dalam keterangan rilis tertulis Max dkk kemarin, memang disebut soal KLB. Namun ia menegaskan bukan berarti para senior partai ingin ada KLB, ibarat yang tengah ramai dibicarakan di kalangan internal Demokrat.
"Konpers dibentuk untuk selamatkan partai di 2024. KLB yaitu alternatif, bukan konferensi pers itu buat KLB. Bego aja yang baca itu. Saya bicara dari awal hingga final bagaimana menyelamatkan partai," lanjut Max.
Hal senada juga disampaikan senior Demokrat yang hadir dalam konferensi pers, Ahmad Mubarok. Ia menegaskan, tak ada yang menginginkan adanya KLB.
"Nggak ada KLB. Kalau toh ada KLB harus sesuai dengan anggaran dasar. Yang ada itu keprihatinan alasannya Demokrat kini menjadi urutan no 7. Mundur, mundur gitu," kata Mubarok dihubungi terpisah.
Menurut Mubarok, ada yang salah hingga menjadikan Demokrat kini berada di urutan ke-7. Untuk itu para senior partai mengusulkan perlu ada perbaikan semoga di Pileg 2024, Demokrat sanggup kembali bersinar.
![]() |
"Ada yang salah, menyimpang dari ftirahnya. Dulu partai Demokrat terbuka dengan ideologis nasional religius. Cirinya bersih, cerdas, dan santun. Kita ingin kembali ke prinsip pertama itu," sebut Mubarok.
Para senior partai mengaku prihatin kini banyak kader Demokrat yang bahasanya menjadi tidak santun. Namun Mubarok menolak menyebut siapa yang dimaksudnya.
"Yang kita prihatin banyak bahasa tidak santun, ya itulah dari orang yang nggak ngerti sejarah. Kalau toh seandainya ini mengarah pada lembaga apapun, itu harus sesuai AD/ART. Kita nggak ada wewenang usul. Itu wewenang DPC," tuturnya.
Konferensi pers yang digelar Max dan Mubarok dkk menuai kritik. Mereka dianggap tidak peka dengan mengeluarkan statement tajam di ketika SBY dan keluarga masih dalam keadaan sedih sepeninggalan Bu Ani Yudhoyono.
Senior Demokrat menyatakan tidak bermaksud ibarat itu. Niat mereka hanya ingin menyelamatkan partai.
"Kita tahu itu, kita juga ikut semua waktu pemakaman. Tidak ada maksud itu. Karena Pak SBY kini banyak diserang maka kita harus memikirkan 2024. Makanya harus kembali ke fitrahnya," urai Mubarok.
Saat konferensi pers, Kamis (13/6), Max Sopacua dkk menyoroti soal hasil Pemilu Legislatif Partai Demokrat. Partai Demokrat disebut hanya menerima bunyi 7,7 persen sehingga perlu dilakukan sesuatu semoga partai kembali maju.
"Kami tidak desak (DPP) kami memberi citra umum DPP, semoga tidak tinggal diam. Masa kita banggakan cuma 7,7 persen. Kita pernah 20 persen. 7,7 persen sama dengan 2004," kata Max.
"DPP harus berpikir bagaimana semangat masyarakat jadi bab Demokrat. Kata Pak SBY (Ketum PD Susilo Bambang Yudhoyono) kita selalu punya prinsip million friends, and zero enemy," sambungnya.
Atas pernyataan itu, Kader Partai Demokrat Daerah spesial Yogyakarta (DIY) mendesak Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat untuk menindak para kader senior yang terhimpun dalam GMPPD, termasuk Max Sopacua.
Meminta dan mendesak kepada Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat untuk menindak tegas sesuai dengan peraturan organisasi kepada pihak-pihak yang terlibat dalam GMPPD dimaksud, antara lain kepada Max Sopacua, Ahmad Mubarok, dan Ahmad Yahya," ujar Ketua DPD Partai Demokrat DIY, Heri Sebayang, dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom, Jumat (14/6).
Sumber detik.com
EmoticonEmoticon