
Sleman -Berada di sisi timur wilayah Daerah spesial Yogyakarta (DIY), Masjid Jami' Pathok Negoro Plosokuning tampak masih berdiri kokoh. Masjid berarsitektur kuno ini merupakan peninggalan Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) I.
Masjid yang berada di Jalan Plosokuning Raya Nomor 99, Desa Minomartani, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman didirikan sekitar tahun 1757-1758 atau sehabis Perjanjian Giyanti. Yakni kejadian sejarah terbaginya Kerajaan Mataram Islam menjadi dua wilayah, di sebelah timur Kali Opak yang berkedudukan di Surakarta dan sebelah barat Kali Opak yang berkedudukan di Yogyakarta.
"Setelah Perjanjian Giyanti, Sultan Hamengku Buwono I menerima wilayah di sebelah barat Kali Opak. Lalu mendirikan Keraton (Yogyakarta), dan benteng-bentengnya berupa masjid sebagai benteng fisik, pertahanan waktu itu," kata Takmir Masjid Pathok Negoro Plosokuning, Kamaludin Purnomo dikala ditemui detikcom di kompleks masjid.
Terlepas dari sejarah berdirinya Masjid Pathok Negoro Plosokuning, dikala ini keberadaan masjid ini tetap menjadi sentra kegiatan masyarakat sekitar. Selain sebagai tempat ibadah, masjid juga difungsikan untuk kegiatan sosial bermasyarakat. Jumlah jemaah sekitar 5.000 orang.
"Ada acara tiap hari, ada pondok, kajian agama, tadarus Alquran, sarasehan Pathok Negoro, musyawarah, kajian kitab kuning, kesenian tradisional. Kalau kegiatan di bulan bulan ampunan mulai sore hingga pagi, pengajian anak-anak, orang tua, tarawih, tadarus, itikaf dan salat malam, juga ada sahur bersama," papar Kamaludin.
Masjid berdiri di atas lahan seluas sekitar 3.000 meter persegi. Di kanan kiri bangunan inti masjid terdapat makam, bak dan sekolah TK. Arsitektur bangunan masjid sekitar 80 persen masih orisinil menyerupai dikala didirikan ratusan tahun silam. Dilihat sekilas, arsitektur merupakan miniatur dari Masjid Gede Kauman.
"Masjid Pathok Negoro ada di Plosokuning, Mlangi, Dongkelan, dan Babadan. Yang tergolong masih paling orisinil di sini, semenjak tahun 2010 juga telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Pemerintah Daerah DIY," ujar Kamaludin.
Pengelolaan masjid di bawah Keraton Yogyakarta. Saat ini ada dua abdi dalem yang mengelola masjid dibantu oleh takmir.
"Rencananya abdi dalem akan ditambah jadi 47 orang, alasannya tahun ini direncanakan ada revitalisasi tempat sekitar masjid," imbuhnya.
Sumber detik.com
EmoticonEmoticon