Friday, May 24, 2019

Ambulans Dan Tim Medis Dalam Agresi Massa

Ambulans dan Tim Medis dalam Aksi MassaPolisi amankan ambulans partai dalam agresi 22 Mei (Foto: Lamhot Aritonang)

Jakarta -Tim medis sangat dibutuhkan dalam menjaga kesehatan dan keselamatan pada setiap agresi massa, khususnya agresi dengan risiko kerusuhan yang tinggi ibarat terjadi akhir-akhir ini. Dalam perspektif Medical Mass Gathering Management, banyaknya korban dalam sebuah agresi massa ditambah dengan rusaknya kemudahan tim kesehatan mengatakan kurangnya persiapan dan rancang bangkit tim medis.

Setidaknya ada empat hal penting yang harus disiapkan secara matang oleh penyedia tim medis untuk melayani kerumunan massa, khususnya agresi demonstrasi.

Pertama, terkait jumlah dan kapasitas. Jumlah tim medis harus sesuai dengan kebutuhan yang sanggup dihitung berdasar sepuluh variabel utama, yaitu: jenis event, asumsi usang event, profil lokasi, apakah massa duduk atau berdiri atau bergerak, profil orang-orang yang berkumpul, jumlahnya, riwayat event yang serupa, kondisi klimatologis, ketersediaan barang berbahaya, dan profil rumah sakit rujukan. Setiap variabel ini mempunyai nilai tertentu yang sesudah dilakukan scoring akan didapatkan jumlah nilainya. Dari nilai inilah kita sanggup memilih jumlah dan jenis tim medis dan segenap kemudahan yang dibutuhkan.

Dalam agresi massa pasca keputusan KPU lalu, didapatkan usang event yang melebihi 12 jam, lokasi terbuka, massa berdiri dan bergerak, usia belum dewasa sampai dewasa, jumlah ditaksir ribuan, riwayat kerusuhan dan korban ada, kondisi cuaca yang panas, sangat dimungkinkan adanya barang berbahaya ibarat senjata tajam dan batu, profil rumah sakit yang bisa dipetakan. Bila dilakukan scoring, didapatkan profil event dengan nilai tinggi yang artinya membutuhkan tim medis yang besar dan terstruktur, yaitu minimal 15 ambulans dan penunjangnya dalam setiap siklus kerja.

Kedua, terkait kompetensi dan fasilitas. Semakin berisiko sebuah event, tentu kompetensi dan kemudahan yang dimiliki oleh setiap tim medis makin kompleks pula. Pada agresi massa yang besar dan rawan terjadinya kerusuhan, ambulans jenis transportasi tidaklah memadahi. Ambulans yang ditugaskan harus yang mempunyai kemampuan dan kemudahan untuk melaksanakan evakuasi jiwa tahap lanjut atau Advanced Life Support (ALS), contohnya mempunyai mesin bantu napas, alat monitor, logistik lengkap dengan personel yang sanggup mengoperasikannya dengan baik.

Sebagai pola terkait agresi 22 Mei tadi, bersama 15 ambulans yang saya sebut, setidaknya diharapkan 15 personel yang mempunyai keahlian ALS dan 120 relawan dengan kompetensi Basic Life Support, lebih dari 12 dokter, 24 perawat, 3 koordinator lapangan dan 3 set kemudahan pendukung ibarat sentra komunikasi dan logistik lain. Dengan cukup banyaknya personel yang diterjunkan, diharapkan penataan jadwal kerja untuk menjaga petugas tetap dalam kondisi prima.

Ketiga, sistem koordinasi dan jaringan rujukan. Semua tim dan kemudahan kesehatan yang saya hitungkan secara berangasan tadi tidak cukup jikalau hanya berjaga-jaga dan bekerja secara tersebar. Sistem dan struktur koordinasi harus disusun semenjak awal semoga kerja tim medis terarah dan efektif. Selain itu, penempatan setiap tim medis perlu memperhitungkan situasi dan kondisi dengan berkoordinasi dengan petugas keamanan.

Tak hanya dengan internal tim medis, sistem koordinasi juga harus dibangun bersama petugas lain ibarat pihak keamanan, pemadam kebakaran, kelompok relawan dan rumah sakit jejaring dengan tujuan semoga masing-masing pihak mengenali petugas medis, sistem kerjanya, dan bisa bekerja sama. Rumah sakit jejaring perlu disiapkan sedemikian rupa sehingga siap mendapatkan rujukan. Inkoordinasi bisa menimbulkan kesalahpahaman antar-institusi, bahkan bisa menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan ibarat yang terjadi kemarin, yakni rusaknya armada salah satu organisasi kemanusiaan.

Keempat, mekanisme dan etika. Tim medis harus ketat dalam menjaga mekanisme standar tetap terealisasi dengan baik, baik mekanisme persiapan termasuk assessment risiko, mekanisme koordinasi dan komunikasi, dan mekanisme pelayanan termasuk sistem tumpuan ke kemudahan kesehatan atau rumah sakit. Apakah tim medis boleh masuk ke Hot Zone? Tentu hal ini harus disepakati dan disiapkan semenjak awal dengan petugas keamanan. Petugas dan kemudahan yang layak untuk masuk area tersebut tentu mempunyai spesifikasi khusus, khususnya terkait standar keselamatan.

Saya menaruh perhatian khusus terhadap adat medis, terlebih dalam suasana politik di mana masyarakat mengalami keterbelahan yang lebar ibarat ketika ini. Tak sanggup dipungkiri, tiap-tiap anggota tim medis yang bertugas dalam layanan kesehatan pada agresi massa secara pribadi sangat mungkin mempunyai ketertarikan dan keterikatan dengan pilihan politik tertentu. Hal ini bisa memunculkan bias pribadi selama menjalankan kiprah atau semacam conflict of interest. Dalam kondisi ibarat ini gampang terjadi pelanggaran adat medis wacana independensi dan netralitas politik. Oleh alasannya itu seleksi terhadap masing-masing personel hendaknya diberlakukan, dipilih petugas yang mempunyai kemelekatan politik seminimal mungkin.

Sebaiknya kemudahan dan tim medis yang diterjunkan dalam penjagaan agresi massa ialah yang tidak terkait eksklusif dengan pihak-pihak yang terlibat dalam kontestasi ibarat ambulans partai. Hal ini tidak saja terkait standar kemudahan ambulans partai yang biasanya rendah, tapi yang lebih penting ialah menghindari evaluasi yang salah oleh petugas keamanan. Buktinya, dengan adanya ambulans partai yang membawa "amunisi" demonstrasi dengan gampang melunturkan kepercayaan publik dan petugas keamanan bahwa ambulans ialah kemudahan yang penting bagi semua pihak dan harus dilindungi. Akibatnya bisa saja ambulans lain akan menjadi korban dalam situasi yang sedang memanas.

Lambang-lambang pinjaman ibarat Palang Merah (khusus untuk anggotanya) atau lambang yang disepakati secara ad hoc sebaiknya dikoordinasikan dan dikenakan secara baik demi identifikasi yang jelas. Tindakan dan ucapan politis apalagi provokatif harus dihindari oleh setiap petugas medis. Tunjukkan netralitas dan independensi alasannya petugas atau tim medis memang seharusnya hanya bertugas dalam evakuasi dan misi kemanusiaan, bukan pada pertarungan kepentingan partisan.

dr. Ahmad Muttaqin Alim, Sp.An, M.Sc.DM (EMDM) ahli disaster medicine, tinggal di Yogyakarta


Tulisan ini ialah kiriman dari pembaca detik, isi dari goresan pena di luar tanggung jawab redaksi. Ingin menciptakan goresan pena kau sendiri? Klik di sini sekarang!

Sumber detik.com


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)