Monday, June 3, 2019

Pengelolaan Arus Mudik

Pengelolaan Arus MudikHasanudin Abdurakhman (Ilustrasi: Edi Wahyono/detikcom)

Jakarta -Entah berapa puluh tahun pulang kampung Idulfitri di Jawa menjadi program siksaan massal. Orang-orang pulang dari tempat Jabodetabek menuju aneka macam provinsi di Jawa, khususnya Jawa Tengah dan Jawa Timur. Orang dalam jumlah jutaan bergerak dalam waktu yang sama melewati infrastruktur jalan seadanya. Maka terjadilah kemacetan yang menggila.

Dulu dari Jakarta untuk hingga ke Cirebon saja perlu waktu hingga 10 jam. Ke Semarang perlu waktu 15-20 jam. Pada keadaan macet parah bisa hingga 30 jam. Sering kita dengar cerita, orang pulang kampung Idulfitri tapi belum hingga ke tujuan ketika Hari Raya sudah tiba.

Yang terjadi dulu adalah, jalan yang terbatas digunakan untuk lewat oleh kendaraan dalam volume yang jauh melebihi kapasitasnya. Itu masih ditambah lagi dengan kemacetan jawaban kegiatan di sisi-sisi jalan, yang juga menjadi sumber kemacetan. Yang diandalkan dulu yaitu jalur Pantura. Jalan ini dibentuk 2 kala yang lalu, ketika Jawa masih jarang penduduknya. Setelah 2 kala berlalu, di sepanjang jalan itu tumbuh kota-kota, dengan aneka macam acara kehidupan. Jalan antarkota masih harus melewati aneka macam pusat kegiatan kota yang tentu saja menjadi sumber kemacetan.

Dalam situasi menyerupai itu, rekayasa kemudian lintas berbentuk apa pun tidak akan menghasilkan efek yang memadai.

Kini kita punya jalan Tol Trans Jawa, yang menghubungkan Merak dengan Banyuwangi. Ini yaitu jalan suplemen atas jalur utama Pantura tadi. Ditambah lagi, jalan jalur selatan yang melewati Tasikmalaya, Cilacap, hingga Yogyakarta juga sudah lebih baik kondisinya. Dalam hal infrastruktur kita punya kapasitas setidaknya 3 kali lipat dibandingkan dengan tahun-tahun lalu.

Jalan Tol Trans Jawa berperan besar dalam meniadakan kemacetan arus mudik. Jalur bebas kendala menciptakan arus kendaraan bisa bergerak lebih cepat. Tapi jalan tol saja tidak cukup. Jalan tol bukanlah segalanya. Titik kritisnya sebetulnya bukan di jalan Trans Jawa, tapi justru di wilayah Jakarta-Cikampek. Meski jalannya cukup lebar, wilayah ini sangat rawan kemacetan. Bila macet, untuk melewati jalur ini saja diharapkan waktu 5-6 jam.

Dalam situasi itu aspek pengelolaan menjadi sangat penting. Langkah kepolisian dalam mengatur arus dengan cara counter-flow dan penerapan sistem searah yaitu kunci penting untuk mengurai kemacetan. Hasilnya, menyerupai kita lihat, beberapa hari belakangan ini tidak terjadi kemacetan yang berarti. Tanggal 30 Mei kemudian sempat terjadi kemacetan parah di jalur Jakarta-Cikampek, tapi kemudian bisa diurai.

Ada faktor lain yang tidak kalah penting, yaitu teladan hari libur. Libur tanggal 30 Mei menciptakan teladan arus pulang kampung agak menyebar, tidak terkonsentrasi pada suatu hari tertentu. Dalam keadaan itu pun masih terjadi penumpukan kendaraan. Bayangkan bila libur tidak sepanjang ini, apa yang akan terjadi?

Arus balik nanti akan berpotensi macet parah, alasannya yaitu arus kendaraan diperkirakan akan bertumpuk pada tanggal 8, 9, dan 10 Juni. Dalam situasi itu kepolisian perlu melaksanakan aneka macam rekayasa. Counter-flow dan sistem searah saja mungkin tidak akan cukup.

Apa pelajaran penting dari pengelolaan arus pulang kampung ini? Pertama, sensitivitas dalam melihat masalah. Pengelola negara melihat adanya masalah. Macet berhari-hari yang tidak manusiawi itu yaitu masalah. Selama puluhan tahun pengelola negara tidak menganggapnya masalah, sehingga tidak diselesaikan.

Masalah sebetulnya bukan sekadar urusan mudik. Dalam konteks ekonomi jalan di Jawa dan seluruh Indonesia memang jauh dari cukup. Dengan proteksi Google Map kita bisa dengan gampang membandingkan keadaan infrastruktur jalan dengan negara tetangga. Semenanjung Malaysia yang merupakan pusat konsentrasi penduduk Malaysia sudah terhubung secara utuh oleh jalan bebas kendala (lebih raya) semenjak 25 tahun yang lalu. Kita di Jawa gres tahun ini. Kita tertinggal 25 tahun.

Keadaan itu dibiarkan, tidak diselesaikan, dengan aneka macam alasan. Untunglah kesudahannya ada pemimpin yang menganggapnya sebagai masalah.

Soal kedua yaitu kemauan untuk mengambil risiko untuk menyelesaikannya. Banyak pemimpin yang sadar adanya duduk kasus tadi, tapi ia juga tahu bahwa ada risiko yang sangat besar dalam menuntaskan duduk kasus itu. Pemimpin yang tidak mau mengambil risiko hanya akan melihat duduk kasus sebagai tumpukan masalah. Artinya, untuk menuntaskan suatu masalah, ada aneka macam duduk kasus lain yang harus diselesaikan pula. Ia melihatnya sebagai sesuatu yang besar, kemudian ia menentukan untuk membiarkannya saja. Kemauan Presiden Jokowi bertindak, membangun jalan Tol Trans Jawa, dan kini Trans Sumatera, dengan aneka macam risiko, patut dihargai.

Ketiga, ini bukan final dari segalanya. Masalah tidak statis, tapi selalu berkembang. Sekarang dengan cara ini duduk kasus bisa diselesaikan. Tahun depan belum tentu begitu. Karena itu pemimpin tidak pernah boleh berhenti melaksanakan aneka macam perbaikan.

Ada tiga teladan perbaikan (kaizen). Pertama, menuntaskan duduk kasus yang tampak di depan mata. Kedua, memprediksi akan timbulnya duduk kasus di masa depan menurut fakta-fakta sekarang, kemudian menyiapkan langkah-langkah antisipasi. Ketiga, mengambil langkah-langkah strategis untuk membawa kondisi kini menjadi jauh lebih baik dari proyeksi. Yang ketiga ini bisa kita sebut sebagai kaizen visioner.

Kita berharap para pemimpin kita tidak berhenti hanya dengan menuntaskan duduk kasus yang ada di depan mata saja. Pemimpin sangat kita harapkan untuk berpikir secara visioner. Tapi setidaknya pemimpin yang bisa menuntaskan duduk kasus di depan mata pun sudah lebih baik, alasannya yaitu masih begitu banyak pemimpin yang tidak peduli terhadap bagai duduk kasus besar di hadapannya.

Selamat Hari Raya Idul Fitri!

Hasanudin Abdurakhman cendekiawan, penulis dan kini menjadi seorang profesional di perusahaan Jepang di Indonesia


Tulisan ini yaitu kiriman dari pembaca detik, isi dari goresan pena di luar tanggung jawab redaksi. Ingin menciptakan goresan pena kau sendiri? Klik di sini sekarang!

Sumber detik.com


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)