
Jakarta -Rabu, 17 April 2019 Indonesia mencatatkan sejarah gres di mana pelaksanaan pemilihan umum (pemilu) presiden --pilpres-- berbarengan dengan pemilu legislatif --pileg. Bahkan, pemilu kali ini disebut-sebut sebagai pemilu terbesar yang pernah diselenggarakan di dunia kalau merujuk pada kuantitas surat bunyi yang harus dicoblos dan juga berkaitan dengan jumlah pemilih terdaftar yang mencapai lebih dari 190 juta daftar pemilih tetap.
Tercatat lebih dari 245 ribu kandidat memperebutkan lebih dari 20 ribu bangku legislatif, dengan pemungutan digelar di sebanyak lebih dari 800 ribu daerah pemungutan bunyi (TPS) dan melibatkan 6 juta petugas TPS.
Pilpres dan Pileg 2019 secara umum sudah tunai dilaksanakan dengan relatif aman dan lancar. Lepas dari pukul 15.00 WIB, alhasil apa yang dinanti oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia sanggup ditampilkan. Berbagai televisi nasional dan platform media umum berlomba-lomba untuk menayangkan hasil hitung cepat Pilpres 2019. Berbagai forum survei politik mulai dari Indikator, Voxpol Centre, Litbang Kompas, Charta Politika, SMRC, dan forum survei lainnya kompak menyebutkan hasil pada rentang persentase 55% untuk Jokowi-Maruf Amin dan 45% untuk Prabowo-Sandi.
Meskipun di balik "adem ayem"-nya penyelenggaraan Pemilu 2019 tetap terdapat banyak sekali dugaan laporan kecurangan yang dilakukan oleh masing-masing pihak, namun hal ini jangan hingga dijadikan alasan pembenaran untuk melaksanakan upaya dan tindakan memecah belah bangsa. Justru sebaliknya, kalau memang terdapat dugaan kecurangan yang terjadi di banyak sekali wilayah, sudah selayaknya tim masing-masing pasangan calon menghimpun data, dokumentasi, dan laporan yang kemudian sanggup diproses oleh pihak yang berwenang. Hal ini tentu jauh lebih baik dan elegan kalau dibandingkan dengan melaksanakan upaya-upaya yang berorientasi pada disintegrasi bangsa.
Energi seluruh elemen bangsa Indonesia sudah banyak habis terkuras sejak persiapan pemilu ini berlangsung. Saling hujat di media sosial, saling lapor kecurangan, saling klaim dukungan, hingga upaya saling menyebar informasi hoax hampir setiap ketika menghiasi hari-hari masyarakat Indonesia melalui siaran televisi, media sosial, dan smartphone. Sudah saatnya kita kembali bersatu.
Pemilu 2019 telah usai. Kita serahkan hasil penghitungannya kepada forum yang memang ditugaskan untuk melaksanakan kiprah tersebut. Di luar itu, kita tetap merupakan saudara sebangsa setanah air yang hubungan sosialnya tidak hanya hingga pada pilpres saja. Hubungan sosial masyarakat Indonesia harus tetap terjalin hari ini, ahad depan, tahun depan, hingga pada masa yang akan datang. Perbedaan pilihan dalam Pilpres 2019 jangan kemudian dijadikan alasan pembenaran untuk memusuhi sesama.
Pasca Pilpres 2019, ada harapan besar dikotomi label "cebong" yang disematkan pada pendukung pasangan 01 dan label "kampret" yang disematkan pada pendukung pasangan 02 dihapuskan. Bertahun-tahun label tersebut menempel dan menjadi sumber perpecahan yang selama ini terjadi di Indonesia. Tantangan Indonesia di masa depan semakin berat. Revolusi Industri 4.0, kecerdasan buatan, dan arus globalisasi yang semakin masif menuntut kesiapan seluruh elemen masyarakat yang ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Siapapun nanti yang ditetapkan oleh KPU sebagai pemenang dalam gelaran Pilpres 2019, ada amanah dan tanggung jawab besar dan berat yang disematkan pada bahu presiden dan wakil presiden biar bisa membawa Indonesia terbang tinggi menuju tujuan dan harapan Undang-Undang Dasar 1945. Hal tersebut akan lebih gampang dicapai apabila dikotomi-dikotomi yang selama ini menempel dalam kehidupan sehari-hari para pendukung fanatik sanggup dihapuskan.
Hal-hal tersebut di atas bukanlah sesuatu yang tidak mungkin dilakukan, dengan catatan bahwa kita semua bisa memutus rantai permusuhan dan perselisihan demi menjaga dan mewujudkan harapan mulia bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa yang besar dan berdaulat penuh.
Gerry Mahendra dosen Administrasi Publik Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta
Tulisan ini ialah kiriman dari pembaca detik, isi dari goresan pena di luar tanggung jawab redaksi. Ingin menciptakan goresan pena kau sendiri? Klik di sini sekarang!
Sumber detik.com
EmoticonEmoticon