
Jakarta -
Orang yang dipilih sebagai ketua dan bendahara masjid itu sebaiknya yang suka berpikir ala orang kaya dan suka memberi. Sebab dengan begitu, berdasarkan Ketua Dewan Syuro Takmir Majid Jogokariyan M Jazir ASP, pikirannya yaitu bagaimana semoga dana yang terkumpul dari infaq/sodaqoh sanggup segera disalurkan untuk segala kebaikan.
Sebab masjid tidak akan maju jika para pengurus, terlebih ketua dan bendaharanya, berpikir ala orang miskin. Mereka maunya menyimpan uang (infaq) saja tanpa sudi untuk segera membelanjakannya demi melayani jamaah.
Beberapa hari kemudian beliau menerima penghargaan sebagai salah satu Tokoh Perubahan 2019 dari Republika. Sebagai takmir masjid beliau dinilai menjalankan administrasi pengelolaan masjid secara kreatif dan inovatif. Ketika di masjid-masjid lain para pengurus lebih suka mematikan lampu dan mengunci pintu masjid setiap kali usai waktu salat, Jazir justru sebaliknya. "Kecenderungan selama ini banyak orang dipilih menjadi pengurus masjid itu yang kikir-kikir," kata Jazir kepada detikcom.
Mantan dosen Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UII Yogyakarta itu mengatakan bahwa tagihan listrik yang membengkak diimbangi dengan pemasukan infaq dan sodaqoh dari para jamaah yang salat. Tak cuma itu, Jazir juga pernah mencanangkan "Gerakan Mensalatkan Orang Hidup" semoga warga sanggup salat dan mau berjemaah ke masjid.
Selain itu, untuk kenyamanan para jamaah beliau memperbaiki sistem keamanan. Bila di masjid lain mungkin ada jamaah yang takut kehilangan sandal atau sepatu, atau bahkan sepeda motornya, Jazir justru menyatakan jika hal menyerupai itu hingga terjadi di Jogokariyan maka pengurus akan mengganti barang-barang yang hilang dengan yang baru.
"Pengurus masjid harus mau dan berani mengambil risiko serta mengatakan jiwa kerelawanan," ujar Jazir. Dia juga mencontohkan dirinya ikut ambil pecahan membersihkan toilet masjid, misalnya.
Bangunan masjid, ia melanjutkan, bekerjsama tak perlu megah lantaran yang penting yaitu bagaimana memberi manfaat bagi warga sekitar. Kalau ada belum dewasa muda yang ingin berwirausaha menjadi pedagang ini-itu, takmir masjid akan memberi santunan modal dari dana infaq yang terhimpun.
Menjadi pengurus masjid itu, kata Jazir, sebaiknya selalu berpikir bagaimana sanggup memberi bukan meminta. Masjid itu harus menghidupi, jangan menjadi beban. "Pengurus masjid jangan mata duitan," tegasnya.
Karena itu ketika pertama kali menjadi ketua DKM pada 1999, beliau menghapus daftar para donatur. Langkah itu ditempuh lantaran Jazir tidak ingin ada pengurus masjid yang tiba ke rumah warga untuk meminta sumbangan.
"Itu memalukan, menjatuhkan gambaran masjid di mata masyarakat. Tidak boleh pengurus masjid itu terlihat menyerupai peminta-minta kepada siapapun," kata Jazir lantang.
Selengkapnya Tonton Blak blakan, Ketua Takmir Masjid Jogokariyan, Revolusi Mental Pengurus Masjid di detikcom.
Sumber detik.com
EmoticonEmoticon