Thursday, March 19, 2020

Akhirnya Indonesia Gagal Kebal COVID

slemanpos.com Pada kesempatan kali ini kami akan memberikan beberapa artikel yang berkaitan tentang pembahasan mengenai Akhirnya Indonesia Gagal Kebal COVID. Beberapa artikel yang akan kami sajikan untuk anda kali ini ,bisa sangat membantu apabila anda ingin mencari informasi yang berikaitan mengenai Akhirnya Indonesia Gagal Kebal COVID

“Kami tak terkejut dengan pengumuman ini dan kami mengantisipasi munculnya masalah-masalah lagi di hari-hari ke depan ini. Deteksi dini kasus dan kepastian [hasil uji] laboratorium sangat penting,” kata perwakilan WHO untuk Indonesia, Dr N. Paranietharan, dalam keterangan hari Senin (02/03).”Covid-19 biasanya menimbulkan penyakit ringan dan [jika menyerang] anak-anak diketahui tidak berkembang menjadi penyakit yang parah,” kata Dr Paranietharan.Ia menjelaskan ada kemungkinan lebih besar bisul berubah menjadi penyakit parah kalau virus menyerang orang-orang di atas 60 tahun dan yang punya penyakit lain seolah-olah diabetes dan penyakit jantung.Ia kembali mengimbau masyarakat untuk menjaga kebersihan dengan lebih sering mencuci tangan dan menutup ekspresi dan hidung ketika batuk dan bersin.

Sebelumnya, seorang dokter menyatakan pemerintah perlu mengubah mekanisme operasi standar dalam penanganan wabah virus corona sehabis dua warga Indonesia terkonfirmasi tertular Covid-19, menurut seorang dokter.Sementara, Kementerian Kesehatan menekankan bahwa langkah-langkah yang diambil selama ini sudah benar dan akan terus dilanjutkan, sambil mengimbau masyarakat untuk menjaga daya tahan badan.Dua warga Depok, Jawa Barat pada hari Senin (02/03) dikonfirmasi terinfeksi virus corona dan sedang menjalani perawatan di dalam ruang isolasi di Rumah Sakit Pusat Infeksi Sulianti Saroso, Jakarta.Mereka diketahui adalah seorang perempuan berusia 64 tahun dan putrinya yang berusia 31 tahun.Pasien yang muda itu sebelumnya telah kontak pribadi dengan seorang warga negara Jepang yang terkonfirmasi mengidap Covid-19 setelah kembali ke Malaysia, kawasan ia berdomisili.

Agus Dwi Sutanto, Ketua Pengurus Harian Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, menyampaikan bahwa perkembangan ini harus ditanggapi dengan memperluas ruang gerak penelusuran orang yang telah berinteraksi dengan pasien yang positif terinfeksi demi meningkatkan efektivitias pendeteksian dan penanganan masalah.”Tentunya ketika ini harus ada revisi, atau perubahan, ketika sudah ada masalah di negara kita. SOP kemarin sebagian besar yaitu kalau masalah-masalah itu orang-orang yang berasal dari luar negeri atau negara terjangkit,” kata Agus Senin (02/03).”Ada mungkin perubahan yang harus dilakukan dari kriteria definisi kasus, terutama pada kasus Pasien Dalam Pengawasan (PDP), atau di luar negeri namanya suspect, dan Orang Dalam Pemantauan (ODP), atau person under investigation. Tentu ini harus dilakukan revisi alasannya yakni dikala ini ada masalah di wilayah Jakarta dan sekitarnya,” tambahnya.

Kriteria pemeriksaan sebelumnya terbatas pada pasien yang memperlihatkan tanda-tanda-gejala mirip batuk, pilek, sakit tenggorokan, demam disertai dengan pneumonia dan riwayat bepergian ke negara terjangkit, atau kontak di negara terserang.”Saat ini negara kita sudah ada perkara, tentunya definisinya harus direvisi sedikit bahwa orang-orang yang mempunyai tanda-tanda ISPA [bisul jalan masuk pernapasan] dan memiliki riwayat kontak dengan orang-orang yang terkonfirmasi tadi, itu harus masuk kategori Pasien Dalam Pengawasan,” kata Agus.Agus mengatakan bahwa pihak sentra melalui Kementerian Kesehatan maupun, pada tingkat regional, yaitu Dinas-dinas Kesehatan, harus secara aktif melacak orang-orang yang sudah ada kontak dengan pasien yang terinfeksi.

Ia memperingatkan jumlah pasien dapat meningkat.”Kemungkinan [jumlah yang terinfeksi] akan bertambah, sebab dia [pasien yang terinfeksi] udah berkontak dengan banyak orang. Sekarang tinggal kontak eratnya itu yang harus diperiksa, untuk memastikan mereka terinfeksi atau tidak,” jelas Agus.Secara global, sekitar 86.000 orang telah terinfeksi di lebih dari 50 negara.Lebih dari 3.000 orang meninggal dunia – sebagian besar di provinsi Hubei, China, daerah wabah itu bermula pada Desember lalu.’Tidak ada perubahan’ prosedur.Kasus Covid-19 pertama di Indonesia diungkap oleh Presiden Joko Widodo, yang bersama dengan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto pada hari Senin (02/03), menyelenggarakan konferensi pers di Istana Negara.Pada kesempatan itu, Jokowi menekankan bahwa pemerintah sejak awal sudah sudah meningkatkan kesiagaan, termasuk menjalankan SOP sesuai standar internasional, serta mengalokasikan anggaran untuk menangani wabah dan membentuk tim campuran yang diantaranya terdiri dari TNI, Polri, pihak sipil dan pihak terkait lainnya.


“Sejak awal, pemerintah ini benar-benar mempersiapkan. Persiapan, misalnya rumah sakit, lebih dari 100 rumah sakit yang siap dengan ruang isolasi mengenai virus corona dengan standar isolasi yang baik. Kita juga memiliki peralatan yang memadai sesuai standar internasional,” kata Jokowi.Setelah pertemuan dengan Jokowi, Menkes Terawan mengunjungi kedua pasien yang sedang dirawat di RSPI Sulianto Saroso.Ia mengatakan bahwa kedua pasien sudah dalam “keadaan baik” dan menegaskan pemerintah tidak akan mengisolasi atau menghentikan kegiatan di Depok sebagaimana yang dilakukan pemerintah China di Wuhan.Terawan menegaskan bahwa pemerintah sejauh ini sudah melaksanakan prosedur yang sesuai dalam menanggapi wabah, terbukti dengan kemampuan Indonesia mendeteksi kasus pertama ini.

“Berarti kita sudah benar yang kita lakukan. Langkah-langkah kita sudah sempurna selama ini,” terperinci Terawan.Prosedur akan terus berjalan tanpa perubahan, tambahnya, sambil mengimbau masyarakat untuk menjaga kondisi kesehatan.”Ya tetap nomor satu menjaga imunitas badan kita juga. Ndak ada perubahannya. Semua kita lakukan. Penguatan juga kita lakukan, di bandara tetap kita awasi, kita waspadai. Kan ini memang kasus yang tidak kelihatan, kecuali dia batuk, panas, ada demam gitu yah tertangkap tangan. Tapi kalau ia ndak ada demam atau batuk, pilek yang dicurigai, ndak bisa tertangkap tangan. Gimana caranya?” ujar Terawan.Ia mengaku pengawasan terhadap orang-orang yang telah kontak dengan pasien yang positif Covid-19 telah dilaksanakan dan memang tidak dirawat di rumah sakit kalau tidak menunjukkan gelaja.

Terawan menjelaskan bahwa dua pasien yang sedang di rawat tinggal di rumah dengan dua orang lain. Dua orang itu tidak menunjukkan tanda-tanda.”Tidak semua yang kontak eksklusif akan terinfeksi. Close contact pun belum tentu terinfeksi, apalagi yang jauh-jauhan,” kata Terawan.

Depok tingkatkan kesiagaan

Sementara itu, Walikota Depok Mohammad Idris mengatakan akan membentuk tim untuk pengawasan dan pengendalian wabah.Tim itu, kata Idris, akan memantau dua orang yang tinggal di rumah bersama pasien serta rumah-rumah di wilayah sekitarnya.Di antara langkah jawaban lainnya, ungkapnya, juga termasuk meningkatkan koordinasi antara puskesmas dan rumah sakit dengan pihak kelurahan dan kecamatan.Kedua pasien yang terpapar sebelumnya berobat ke RS Mitra Keluarga di Kota Depok sebelum dirujuk ke RSPI di Jakarta.

Idris mengatakan bahwa 71 tenaga medis RS Mitra Keluarga itu yang berinteraksi dengan pasien telah diminta untuk tinggal di rumah sebagai langkah antisipasi.”Ini untuk sementara, untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak kita inginkan, [mereka] dirumahkan oleh pihak rumah sakit. Nanti akan dilakukan investigasi, pendataan juga rumahnya dimana, lantaran bisa saja dia orang Jakarta, Bogor maupun Bekasi, untuk dipantau dan berkordinasi dengan pihak pegawapemerintah setempat, termasuk dinas kesehatan setempat,” kata Idris.Kedepan, sebut Idris, pihaknya akan meningkatkan sosialisasi dan juga mendata kondisi warga Depok.


EmoticonEmoticon