Muhammad Nurdiyansyah -- Foto: Usman Hadi/detikcomNurdiyansyah mengakui bahwa pihaknya menolak seruan pertemuan dari Presiden Jokowi hari ini. Salah satu alasannya yaitu alasannya yaitu ketika ini BEM SI sedang berduka terkait jatuhnya korban jiwa dan luka alasannya yaitu kekerasan pegawapemerintah dalam mengamankan aksi.
"Bahwa hari ini mahasiswa sedang berduka cita sehubungan dengan adanya korban luka maupun jiwa yang menimpa massa agresi di banyak sekali daerah. Kami memandang menghadiri undangan di Istana di tengah kondisi ibarat ini merupakan perilaku yang kurang etis untuk dilakukan," katanya.
Hal itu disampaikan Nurdiyansyah kepada wartawan di Kantor Pusat Kajian Antikorupsi (Pukat) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Jalan Trengguli Blok E12, Bulaksumur, Kabupaten Sleman, Daerah spesial Yogyakarta (DIY), Jumat (27/9/2019).
BEM SI kecewa dengan adanya tindakan kekerasan yang dilakukan pegawapemerintah kepada massa demonstran. Menurut BEM SI, seharusnya Presiden Jokowi sanggup menangani setiap agresi demonstrasi dengan baik, dilakukan dengan persuasif, humanis dan tidak represif.
"Kondisi ketika ini mengharuskan Presiden ambil bab dalam mengusut, menindak dan menunjukkan hukuman kepada pegawapemerintah yang telah melaksanakan tindakan kekerasan kepada massa aksi," tuntut Nurdiyansyah.
Alasan lainnya yaitu BEM SI mengajukan syarat bahwa pertemuan itu harus dilakukan secara terbuka dan disiarkan secara luas oleh media.
"Pertemuannya dilaksanakan secara terbuka dan sanggup disaksikan pribadi oleh publik melalui saluran televisi nasional. Kedua Presiden (harus) menyikapi banyak sekali tuntutan mahasiswi yang tercantum dalam 'maklumat tuntaskan reformasi'," tutupnya.
Simak Video "Ketum Muhammadiyah Minta Kader IMM yang Tewas di Kendari Diusut"
Sumber detik.com
EmoticonEmoticon